Klasifikasi
Cendrawasih Merah
Klasifikasi
Cendrawasih Merah disebutkan sebagai berikut:
Kerajaan: Animalia
Spesies: P.
rubra
(sumber: Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
Cendrawasih
merah atau dalam
nama ilmiahnya Paradisaea rubra adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang
sekitar 33cm, dari marga Paradisaea. Burung ini
berwarna kuning dan coklat, dan berparuh kuning. Burung jantan dewasa berukuran
sekitar 72cm yang termasuk bulu-bulu hiasan berwarna merah darah dengan ujung
berwarna putih pada bagian sisi perutnya, bulu muka berwarna hijau zamrud gelap dan diekornya terdapat dua buah tali yang panjang
berbentuk pilin ganda berwarna hitam. Burung betina berukuran lebih kecil dari
burung jantan, dengan muka berwarna coklat tua dan tidak punya bulu-bulu
hiasan.
Endemik Indonesia, Cendrawasih merah hanya ditemukan di
hutan dataran rendah pada pulau Waigeo dan Batanta di kabupaten Raja Ampat, provinsi Irian Jaya Barat.
Perilaku Cendrawasih Merah
Namun demikian secara umum
Cendrawasih Merah hidup dalam kelompok, dimana mereka mencari makan dan bermain
secara bersama-sama dalam kelompok. Jika ada satu burung yang terpisah dari
kelompoknya, maka dia akan mengeluarkan suara untuk memanggil teman-temannya,
dan dalam waktu tidak terlalu lama sekawanan burung Cendrawasih Merah akan datang
menghampiri.
Aktifitas bermain dan menari
biasanya dilakukan sekitar pukul 06.00 sampai 09.00 dan pukul 15.00 sampai
15.30 pada lokasi/tempat yang sama. Pada
siang hari diluar waktu bermain mereka melakukan aktifitas mencari makan di
luar lokasi bermainya.
Aktraksi tarian ini dilakukan
diantara dahan dan ranting. Keindahan bulu burung
Cendrawasih jantan digunakan untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Untuk
merayu betina agar bersedia diajak kawin, Cendrawasih jantan akan memamerkan
bulunya yang indah dengan melakukan tarian-tarian. Sambil bernyanyi diatas
dahan atau cabang pohon Cendrawasih jantan bergoyang-goyang ke segala arah
bahkan terkadang hingga tergantung terbalik bertumpu pada dahan. Cendrawasih merah adalah poligami spesies. Burung jantan memikat pasangan
dengan ritual tarian yang memamerkan bulu-bulu hiasannya. Setelah kopulasi,
burung jantan meninggalkan betina dan mulai mencari pasangan yang lain. Burung
betina menetaskan dan mengasuh anak burung sendiri.
Habitat Cendrawasih Merah
Lokasi bermain Cendrawasih Merah
biasanya berada pada dataran yang paling tinggi di antara tempat yang ada di
sekitarnya dan tentunya dengan kondisi hutan yang sangat bagus. Pakan burung Cendrawasih Merah terdiri dari buah-buahan
dan aneka serangga.
Berdasarkan
dari hilangnya habitat hutan yang terus berlanjut, serta populasi dan daerah
dimana burung ini ditemukan sangat terbatas, Cendrawasih Merah dievaluasikan
sebagai beresiko hampir terancam di dalam IUCN Red List. Burung ini didaftarkan dalam CITES
Appendix II. Di Indonesia Cendrawasih Merah
dilindungi oleh UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.
Pemanfaatan
Sebagai satwa yang
dilindungi, maka pemanfaatan dalam arti perburuan di alam sangat dilarang
apalagi yang berada di dalam kawasan konservasi. Pemanfaatan Cendrawasih Merah
dan Cendrwasih Botak serta satwa burung lainnya di Raja Ampat hanya untuk
menunjang pariwisata, sehingga keberadaannya di alam disenangi oleh wisatawan,
yaitu sebagai salah satu atraksi wisata. Kegiatan pengamatan burung di Raja
Ampat khususnya jenis Cendrawasih dapat dilakukan di Kampung Sawinggrai dan
Saporkren. Namun yang mudah dijangkau dari Waisai dan peluang perjumpaan dengan
Cendrawasih Meraha sangat besar adalah Kampung Saporkren.