SARANA PUBLIKASI, INFORMASI DAN KOMUNIKASI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DI RAJA AMPAT

Kamis, 27 Februari 2014

Penertiban Tumbuhan dan Satwa Liar Yang Dilindungi Di Kabupaten Raja Ampat




Salah satu program utama/prioritas Seksi Konservasi Wilayah I (SKW I)  Waisai, Balai Besar KSDA Papua Barat  adalah konservasi sumber daya alam hayati. Program ini biasa dikenal dengan konservasi jenis yang salah satu wujudnya adalah perlindungan dan pengamanan jenis-jenis tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi.

Program ini sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diemban SKW I dan tentunya seiring-sejalan dengan program pembangunan Kebupaten Raja Ampat yang bervisi lingkungan dan pariwisata. Keutuhan keragaman hayati di Raja Ampat terutama jenis TSL yang dilindungi menjadi indicator akan baiknya pengelolaan lingkungan dan berperan penting dalam pembangunan pariwisata.

Namun demikian dalam pantauan kami dalam kurun 7  tahun (dari tahun 2006 – 2012) terjadi penurunan populasi jenis-jenis burung yang dilindungi di Raja Ampat, khususnya Waisai dan sekitar. Indicatornya adalah semakin sulitnya dijumpai jenis burung-burung yang dilindungi. Pada tahun 2006, kami pernah mencoba menghitung jumlah burung nuri bayan (Eclectus roratus) yang melintasi/lewat pantai Waiwo. Pada waktu itu kami berhasil mencatat 250-an ekor burung nuri bayan terbang diantara ranting dan atas tajuk pepohonan di Waiwo. Namun saat ini nuri banyan hampir-hampir tidak terdengan apalagi terlihat melintas di pantai Waiwo. Hal ini baru dari satu jenis, belum jenis-jenis lain yang lebih rentan dengan perubahan lingkungan dan keramaian seperti jenis-jenis burung cendrawasih.

Menurut pengamatan kami, setidaknya ada tiga (3) hal yang menjadi penyebab menurunnya menurunnya populasi jenis TSL dilindungi di Raja Ampat, yaitu:
1.      Pembangunan infrastruktur Kab. Raja Ampat, yang membutuhkan ruang dan sumber daya alam (material) seperti kayu, batu dll. Ini secara langsung berdampak pada terganggunya habitat TSL dilindungi.
2.   Maraknya perburunan TSL dilindungi di Raja Ampat. Berdasarkan pantauan kami, di Pulau Waigeo ada beberapa kampung yang masyarakatnya (baik local maupun pendatang) yang memiliki hoby/matapencaharian sebagai pemburu burung terutama Kakatua putih jambul kening (Cacatua galerita), Nuri merah kepala hitam (Lorius lorry), Nuri bayan (Aclectus roratus). Cacatan kami dari kampung-kampung tersebut TSL dilindungi dijual ke Sorong dan sebagian ada yang dijual di Waisai, sehingga tidak mengherankan jika di Waisai banyak dijumpai rumah-rumah yang memelihara jenis-jenis burung tersebut.

(Cacatua galerita hasil buruan masyarakat)
3.      Rendahnya kemampuan regerasi jenis-jenis TSL yang dilindungi tersebut.

Berdasarkan hal-hal di atas, untuk mengurangi laju kepunahan jenis-jenis TSL dilindungi dan untuk mendukung program pembangunan pariwisata Raja Ampat strategi yang kami ambil antara lain:


  1. Melakukan sosialisasi jenis-jenis TSL dilindungi baik secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat. Cotohnya denga menyebaran poster, penyuluhan dll.
  2. Melakukan penertiban peredaran TSL dilindungi khususnya di sekitar Waisai. Contohnya dengan operasi dan patrol peredaran TSL dilindungi yang dipelihara oleh masyarakat.
  3. Memutus rantai perdagangan TSL dilindungi. Menertibkan para pedagang pengumpul dan penyalur TSL dilindungi.
  4. Pemberdayaan masyarakat  penangkap/pemburu jenis TSL dilindungi. Untuk strategi ini dikhususkan pada masyarakat kampung/local yang diidentifikasi memiliki matapencaharian sebagai pemburu TSL dilindungi.
  5. Menjalin koordinasi yang harmonis dengan para pihak, sehingga program prioritas ini mendapat dukungan dan berjalan dengan baik.


Strategi poin 1, dan 5 dengan segala keterbatas, kami upayakan berjalan sejak bulan Oktober 2013, sampai sekarang. Sejak bulan Oktober kami kerjasama dengan Pemda Raja Ampat telah membuat dan membagi poster kepada masyarakat di Waisai dan sekitarnya. Adapun strategi ke-2 kami lakaukan pada akhir November 2013 dan akhir bulan Januari 2014 dengan hasil 1 ekor Kakatua putih jambul kuning, 1 ekor Nuri bayan dan 13 Nuri merah kepala hitam yang sekarang kami tampung pada kandang satwa sitaan.

Selanjutnya untuk strategi ke-3 dan ke-4, kami masih mampelajari metode yang paling tepat. Sehingga untuk poin ini kami sangat mengharap saran dan masukan dari semua pihak. Adapun saran dapat disampaikan pada komentar.

Demikian informasi kami, kami berharap upaya kecil ini bermanfaat bagi pembangunan lingkungan hidup dan pariwisata Raja Ampat. (SKW I)