SARANA PUBLIKASI, INFORMASI DAN KOMUNIKASI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DI RAJA AMPAT

Kamis, 12 September 2013

CENDRAWASIH MERAH (Paradisaea rubra) Satwa Endemik Pulau Waigeo


Klasifikasi Cendrawasih Merah

Klasifikasi Cendrawasih Merah disebutkan sebagai berikut:

Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Famili: Paradisaeidae
Genus: Paradisaea
Spesies: P. rubra
Nama binomial : Paradisaea rubra Daudin, 1800
(sumber: Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)


Ciri-Ciri Cendrawasih Merah
Cendrawasih merah atau dalam nama ilmiahnya Paradisaea rubra adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang sekitar 33cm, dari marga Paradisaea. Burung ini berwarna kuning dan coklat, dan berparuh kuning. Burung jantan dewasa berukuran sekitar 72cm yang termasuk bulu-bulu hiasan berwarna merah darah dengan ujung berwarna putih pada bagian sisi perutnya, bulu muka berwarna hijau zamrud gelap dan diekornya terdapat dua buah tali yang panjang berbentuk pilin ganda berwarna hitam. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan, dengan muka berwarna coklat tua dan tidak punya bulu-bulu hiasan.
Endemik Indonesia, Cendrawasih merah hanya ditemukan di hutan dataran rendah pada pulau Waigeo dan Batanta di kabupaten Raja Ampat, provinsi Irian Jaya Barat.

Perilaku Cendrawasih Merah
Namun demikian secara umum Cendrawasih Merah hidup dalam kelompok, dimana mereka mencari makan dan bermain secara bersama-sama dalam kelompok. Jika ada satu burung yang terpisah dari kelompoknya, maka dia akan mengeluarkan suara untuk memanggil teman-temannya, dan dalam waktu tidak terlalu lama sekawanan burung Cendrawasih Merah akan datang menghampiri.
Aktifitas bermain dan menari biasanya dilakukan sekitar pukul 06.00 sampai 09.00 dan pukul 15.00 sampai 15.30 pada lokasi/tempat yang sama.  Pada siang hari diluar waktu bermain mereka melakukan aktifitas mencari makan di luar lokasi bermainya.
Aktraksi tarian ini dilakukan diantara dahan dan ranting. Keindahan bulu burung Cendrawasih jantan digunakan untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Untuk merayu betina agar bersedia diajak kawin, Cendrawasih jantan akan memamerkan bulunya yang indah dengan melakukan tarian-tarian. Sambil bernyanyi diatas dahan atau cabang pohon Cendrawasih jantan bergoyang-goyang ke segala arah bahkan terkadang hingga tergantung terbalik bertumpu pada dahan. Cendrawasih merah adalah poligami spesies. Burung jantan memikat pasangan dengan ritual tarian yang memamerkan bulu-bulu hiasannya. Setelah kopulasi, burung jantan meninggalkan betina dan mulai mencari pasangan yang lain. Burung betina menetaskan dan mengasuh anak burung sendiri.  
Habitat Cendrawasih Merah
Lokasi bermain Cendrawasih Merah biasanya berada pada dataran yang paling tinggi di antara tempat yang ada di sekitarnya dan tentunya dengan kondisi hutan yang sangat bagus.  Pakan burung Cendrawasih Merah terdiri dari buah-buahan dan aneka serangga.
 



jenis-jenis buah yang biasa dimakan burung cendrawasih
Perlindungan
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan yang terus berlanjut, serta populasi dan daerah dimana burung ini ditemukan sangat terbatas, Cendrawasih Merah dievaluasikan sebagai beresiko hampir terancam di dalam IUCN Red List. Burung ini didaftarkan dalam CITES Appendix II. Di Indonesia Cendrawasih Merah dilindungi oleh UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.
Pemanfaatan
Sebagai satwa yang dilindungi, maka pemanfaatan dalam arti perburuan di alam sangat dilarang apalagi yang berada di dalam kawasan konservasi. Pemanfaatan Cendrawasih Merah dan Cendrwasih Botak serta satwa burung lainnya di Raja Ampat hanya untuk menunjang pariwisata, sehingga keberadaannya di alam disenangi oleh wisatawan, yaitu sebagai salah satu atraksi wisata. Kegiatan pengamatan burung di Raja Ampat khususnya jenis Cendrawasih dapat dilakukan di Kampung Sawinggrai dan Saporkren. Namun yang mudah dijangkau dari Waisai dan peluang perjumpaan dengan Cendrawasih Meraha sangat besar adalah Kampung Saporkren.

Senin, 09 September 2013

Kantong Semar (Nepenthes sp) dari CA Waigeo Barat


Dalam kesempatan mendampingi Tim Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XVII Manokwari dalam kegiatan Enumerasi TSP/PSP di Klaster Q20 (710.9960.52) tanggal 26 Juli - 16 Agustus 2013, kami menemukan tumbuhan yang unik dan langka, yaitu Kantong Semar (Nepenthes sp.) Kantong semer yang kami temukan ada 2 jenis, karena memiliki daun dan kantong (warna dan ukuran) yang berbeda. 

Walau kami yakin itu jenis Kantong Semar, namun kami belum bisa menentukan jenis karena keterbatasan pengetahuan kami tentang Kantong Semar. berdasarkan bentuk dan ukuran kantongnya ke dua jenis ini berbeda dengan Kantong Semar yang identifikasi oleh LIPI di CA Waigeo Timur pada tahun 2007 yang lalu yaitu Nepenthes danseri, sebagaimana tampak pada gambar di bawah ini.
Kantong Semar (Nepenthes sp) dari CA Waigeo Barat yang temukan tim


Gambar Nepnthes danseri dari CA Waigeo Timur

pada 3 gambar di atas nampak perbedaan antara kantong semar yang ditemukan dari CA Waigeo Barat dan CA Waigeo Timur. Untuk jenis yang kedua, kami lupa mendokumentasikan sehingga tidak bisa kami tampilkan di sini.

Perlindungan Kantong Semar
Status tanaman kantong semar sendiri termasuk tanaman yang dilindungi berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya serta Peraturan Pemerintah No. 7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Hal ini sejalan dengan regulasi Convention on International Trade in Endangered Species (CITIES), dari 103 spesies kantong semar di dunia yang sudah dipublikasikan, 2 jenis: N. rajah dan N. khasiana masuk dalam kategori Appendix-1. Sisanya berada dalam kategori Appendix-2. Itu berarti segala bentuk kegiatan perdagangan sangat dibatasi.  
 
Saat ini kantong semar sendiri adalah tanaman endemik yang diambang kepunahan. Endemik karena hanya hidup di beberapa belahan dunia, yaitu hanya di Australia bagian utara, Cina Bagian Selatan, Pulau Kalimantan, Sumatera, Jawa, Sulawesi, Irian Jaya (Papua) dan sebagian kawasan Asia Tenggara, Nepenthes ini dikategorikan hampir punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Bayangkan saja, dari 103 spesies Nepenthes, 64 jenis diantaranya hidup di Indonesia, 32 jenis diketahui terdapat di Borneo (Kalimantan, Serawak, Sabah, dan Brunei) sebagai pusat penyebaran kantong semar. Pulau Sumatera menempati urutan kedua dengan 29 jenis yang sudah berhasil diidentifikasi. Keragaman jenis kantong semar di pulau lainnya belum diketahui secara pasti. Namun berdasarkan hasil penelusuran spesimen herbarium di Herbarium Bogoriense, Bogor, ditemukan bahwa di Sulawesi minimum sepuluh jenis, Papua sembilan jenis, Maluku empat jenis, dan Jawa dua jenis.